bola

Kamis, 08 September 2011

Firman Utina Cs dan Wim Duduk 1 Meja

Firman Utina diawasi Wim saat latihan.(foto:Okezone)


JAKARTA - Isu tak sedap berembus dari ruang ganti Timnas Garuda, setelah kekalahan dari Bahrain 0-2, Selasa kemarin. Firman Utina dkk, meradang karena Wim seolah-olah menyalahkan pemain atas hasil buruk itu.

Saat konferensi pers usai laga, Wim tanpa segan mengatakan pemain Indonesia tidak memiliki skill yang memadai untuk bersaing secara kompetitif di level Asia. Masih panjang jalan Indonesia untuk mengejar mimpi Piala Dunia.

Skill dasar pemain timnas menurutnya masih di bawah level yang dibutuhkan. Sehingga strategi apapun yang diterapkan tidak akan berjalan sempurna. Tapi, konon yang membuat para pemain sakit hati adalah komentar Wim bahwa mereka bukanlah timnya, sehingga akan mencari pemain baru. Sebagian besar pemain memang merupakan warisan dari pelatih lama Alfred Riedl.

Suasana panas ini menimbulkan keperihatinan tersendiri. Mantan pemain timnas dekade 80-an, Rully Nerre meminta pemain dan pelatih duduk satu meja untuk mencari solusi terbaik bagi timnas.

“Harus duduk bersama dan bicara sama-sama. Intern dulu. Ini sangat penting, tidak usah ngomong masalah taktik dulu atau yang macam-macam, yang penting itu dulu,” ujar Rully Nere saat berbincang dengan Okezone, Kamis (8/9/2011).

Rully Nere memahami sikap Wim tersebut. Sebagai pelatih dia tentu tidak mau disalahkan. Keinginan dia melakukan bongkar pasang pemain, merupakan haknya. Sebab itu biarkan Wim memilih pemain pilihannya.

“Sebagai pelatih dia tidak mau disalahkan. Biarkan dia memilih, nanti hasilnya bagaimana, biar dapat dia pertanggungjawabkan,”saran Rully.

Saat melawan Bahrain, Timnas bermain di bawah bentuk terbaik. Bambang Pamungkas dkk sering kehilangan bola. Umpan-umpan satu-dua seperti saat membungkam Turkmenistan, dan Palestina tidak terlihat.

Hasil Timnas di dua pertandingan kualifikasi Piala Dunia Grup E zona Asia ini, memang tidak terlepas dari persiapan yang kurang. Siapa pun pelatihnya, akan sulit mendapatkan hasil maksimal dengan persiapan tim yang kurang.

Namun harus diakui permainan timnas di dua pertandingan terakhir terasa berbeda. Padahal komposisi pemain sama.Melihat ini, bisa jadi ada yang tidak beres di tubuh tim.

“Kita lihat pemainnya sama tidak ada perbedaan, tapi cara mainnya beda. Semangatnya berbeda umpan satu dua tidak sama.Penampilan berbeda, pasti ada yang tidak beres.”

Rully pernah menangani Boaz saat berusia 16 tahun, di tim pra PON dan PON Palembang 2004 lalu juga menyoroti pilihan Wim yang memainkan mantan anak didiknya itu di sayap, karena menurutnya itu bukan posisi idealnya. “ Boaz itu idealnya second striker.”

Sementara itu, asisten pelatih Liestiadi kepada media membantah bahwa timnas sedang bergejolak. Permasalahan yang ada saat ini menurutnya hanya riak-riak kecil. Dia membenarkan bahwa Wim ingin mencari pemain baru. Setidaknya 30 persen wajah baru akan dicari agar skuad bisa bermain sesuai keinginan Wim. Namun pergantian itu baru dilakukan setelah Indonesia menghadapi Qatar 11 Oktober nanti.


sumber: http://bola.okezone.com